Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak
di tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain
Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan
Palue. Ibu kotanya terletak di Kupang, Timor Barat.
Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama
yang terletak di Nusa Tenggara Timur adalah Flores, Sumba dan Timor Barat.
Penduduk di NTT merupakan masyarakat yang heterogen, selain
terlihat dari perbedaan ciri-ciri fisik juga menunjukkan bermacam suku-bangsa
dengan latar belakang sejarah, bahasa dan tata kehidupan adat yang berbeda
pula. Di Pulau Timor misalnya didiami oleh suku bangsa : Atoni atau Dawan,
Tetun (Belu), Buna dan Kemak. Suku bangsa Kisar di Pulau Kaisar, suku bangsa
Alor di Pulau Alor dan suku bangsa solor di Pulau Sokor. Selain itu terdapat
suku bangsa Helong di Pulau Semau, suku Sabu di Pulau Sabu, suku Sumba di Pulau
Sumba, suku Rote di Pulau Rote, serta suku bangsa Manggarai, Ngada, Ende, Lio
Sikka, dan Larantuka di Pulau Flores.
Lokasi
Pulau Sumba merupakan salah satu dari gugusan pulau-pulau di
Propinsi Nusa Tenggara Timur. Secara geografis, Pulau Sumba berada pada 9⁰-10⁰ LS dan 119⁰-120⁰ BT dengan luas pulau
±11.153 km². Posisi Pulau Sumba berada di sebelah selatan Pulau Flores dan
Pulau Sumbawa serta berada di sebelah utara benua Australia. Panta selatan dan
barat Pulau Sumba merupakan lautan lepas Samudera Hindia sedangkan sebelah
timur merupakan laut Sawu.
Gambar. Posisi Pulau Sumba
Secara
administratif, pada awalnya Pulau Sumba dibagi menjadi 2 kabupaten, yaitu
Sumba Barat dan Sumba Timur. Pada
perkembangannya, terjadi pemekaran wilayah sehingga Pulau Sumba kini dibagi
menjadi 4 Kabupaten, yaitu Kabupaten Sumba Barat Daya dengan pusat kota di
Waitabula, Kapubaten Sumba Barat dengan pusat kota di Waikabubak, Kabupaten
Sumba Tengah dengan pusat kota Waibokul dan Kabupaten Sumba Timur dengan pusat
kota Waingapu.
Rumah Tradisional Sumba
Gambar. (a) Rumah Tarung; (b) Rumah Ratenggaro
Sumber : Laporan Penelitian No.
01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra
Menurut
tim peneliti Universitas Widya Mandira (1992), rumah adat dalam masyarakat Suku Sumba bukan sekedar rumah
untuk tinggal, tetapi juga menggambarkan
fungsi-fungsi sosial tertentu sehingga hampir setiap kabisu mempunyai fungsi dan nama rumah yang berbeda.
Menurut Kusumawati, dkk. (2007),
masyarakat Sumba dalam budaya bermukim memiliki 3 jenis rumah, yaitu :
1.
Rumah
Adat (Uma) yang berfungsi sebagai pusat dan awal kehidupan, semua kegiatan
ritual kepercayaan berlangsung di rumah ini.
2.
Rumah
Dusun sebagai tempat tinggal sehari-hari.
3.
Rumah
Kebun sebagai tempat tinggal saat berkebun atau bercocok tanam.
Rumah
adat Sumba merupakan panggung dengan struktur kayu. Menurut tim peneliti Universitas Widya Mandira (1992),
secara hirarkis vertikal, rumah dapat dibedakan
menjadi 3 bagian besar, yaitu :
1.
Lei
Bungan (kolong rumah), yang digunakan sebagai tempat penampungan ternak dan
berjemur.
2.
Rongu
Uma (tingkat kedua), sebagai tempat tinggal sehari-hari. Terdapat ruang
seperti Pimudeta (bale-bale setinggi 1
meter), Pani (ruang laki-laki), Hadoku
(kamar suami-istri), Halibar (kamar
tidur kakek-nenek atau tempat bersalin), Keri Penuang (kamar anak wanita) serta
Heda Kabali Mata (ruang tidur tamu). Pusat rumah merupakan perapian (Rapu) yang
melambangkan buh atau usus besar manusia. Di atas perapian terdapat Hedi atau lemari gantung untuk penyimpanan
alat dapur yang melambangkan jantung.3. Uma Daluku (menara atau loteng) yang
terdiri atas dua bagian, atas dan bawah. Bagian atas (Hindi Marapu) merupakan
tempat tinggal Marapu yang hadir dalam wujud benda pusaka yang dianggap
keramat. Bagian bawah untuk menyimpan padi dan bahan makanan. Bagian atas Uma
Daluku hanya boleh dimasuki oleh kepala keluarga (bapak) karena dianggap dialah
yang boleh berhubungan dengan Marapu.
3.
Uma
Daluku (menara atau loteng) yang terdiri atas dua bagian, atas dan bawah.
Bagian atas (Hindi Marapu) merupakan tempat tinggal Marapu yang hadir dalam wujud benda pusaka yang dianggap
keramat. Bagian bawah untuk menyimpan padi dan bahan makanan. Bagian atas Uma
Daluku hanya boleh dimasuki oleh kepala keluarga (bapak) karena dianggap dialah
yang boleh berhubungan dengan Marapu.
Gambar. Potongan rumah adat Sumba
Sumber
: Tim Peneliti Universitas Widya Mandira, 1992
Hirarki ruang dan penataan ruang dalam rumah adat
Sumba sangat jelas dengan pola yang memisahkan area pria dan wanita. Bentuk denah rumah adat berbentuk persegi
dengan panjang dan lebar yang hampir sama. Pusat rumah merupakan perapian di
tengah. Menurut Mross (1995), pembagian ruang dipisahkan berdasarkan ruang
priawanita (male-female) dan formal-informal.
Bagian kanan rumah merupakan ruang yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian
kiri digunakan untuk kegiatan seharihari dan kebutuhan domestik dalam rumah
tangga. Bagian kanan dianggap sebagai area pria, sedangkan bagian kiri dianggap
sebagai area wanita. Perapian di tengah digunakan untuk memasak sehari-hari
atau untuk kebutuhan upacara adat. Bagian depan rumah, termasuk beranda/teras,
merupakan area formal sedangkan bagian belakang merupakan area informal.
Beranda/teras untuk kaum wanita terletak di kiri rumah, sehari-hari bersifat
informal namun menjadi formal saat upacara adat, pernikahan atau pemakaman.
Gambar. Denah rumah adat Sumba di daerah Wanukaka
Sumber
: Mross, 1955, p:8
Keterangan
gambar :
A : Rapu atau perapian dengan 3 batu
B : Penalunu, area pria
C : Kerihanuangu, area wanita tempat mencuci
peralatan memasak
D : Bina penalunu, pintu untuk kaum pria
E : Bina kerihanuangu, pintu untuk kaum
wanita
F : Hadoka, bagian depan rumah – formal
G : Halibar, bagin belakang rumah –
informal, tempat membersihkan jenasah
saat upacara
H : Hedang kabala mata, bale-bale tempat
menerima tamu
I : Pani deha, bale-bale dalam rumah
J : Pajalu, kendi atau gerabah tempat air
bersih
K : Korung, ruang tidur (suami-istri)
L : Lenang erihanuangu, beranda/teras untuk
kaum wanita
M : Lenang penalunu, beranda untuk kaum pria
– formal
N : Keripani, tempat untuk menunggu ketika
Rato berdoa
O : Hedang, tempat untuk menyimpan peralatan
memasak
Kosmologi dalam Arsitektur Sumba Barat
Pembagian rumah menjadi 3 bagian secara vertikal dapat dilihat
pada bentuk fisik rumah Sumba. Secara vertikal, bentuk geometris rumah Sumba
dapat dibagi
menjadi bagian bawah, tengah dan atas. Bagian bawah terbentuk dari
jajaran tiang pondasi dan lantai yang dinaikkan di atas tanah. Sedangkan Bagian
tengah terbentuk dari dinding-dinding rumah yang dinaungi oleh atap yang
melandai. Bagian atas merupakan bagian atap yang menjulang tinggi. Secara
horisontal suku Sumba membagi ruang-ruang dalam rumah berdasarkan fungsi dan
gender. Bagian kiri dan kanan dipisahkan menjadi area laki-laki dan perempuan
sedangkan bagian depan dan belakang menjadi area untuk menerima tamu, tempat
tidur atau tempat ruang Mata Marapu. Rumah di Tarung maupun Ratenggaro memiliki
hirarki kosmologis yaitu dunia atas – tengah – bawah. Dunia atas sebagai tempat
Marapu (paling sakral), tengah sebagai tempat hunian manusia (profane), dan bawah
sebagai tempat penyimpanan dan memelihara hewan.
Gambar. Hirarki kosmlogis secara vertikal
Sumber
: Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra
Bagian Atas – Tengah – Bawah
Bagian atas rumah, yaitu ruang di dalam menara atap, bermakna dan
berperan secara religius. Bagian atas merupakan bagian yang paling sakral dalam
rumah karena dianggap roh-roh nenek moyang mereka atau Marapu bersemayam di
tempat tersebut. Oleh karena itu, tidak semua orang dapat memasuki ruang
tersebut, hanya kepala rumah tangga yang diperkenankan masuk. Di Kampung
Tarung, ruang loteng atas disebut juga uma dana.
Gambar. Loteng atas di (a) Rumah Tarung; (b) Rumah
Ratenggaro
Sumber
: Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra
Menara atap ditutup oleh lantai loteng dari papan kayu. Untuk
akses ke ruang atas, terdapat lubang loteng berbentuk kotak ukuran 60 x 60 cm2yang
disebut bina uma dana. Posisi lantai loteng berada tepat diatas perapian.
Suasana ruang tersebut kosong, gelap dan tertutup. Ruang atas digunakan untuk
menyimpan benda-benda pusaka leluhur.
Gambar. Lubang Loteng bina
uma dana
Sumber
: Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra
Bagian tengah rumah merupakan tempat aktivitas sehari-hari seperti
tidur, memasak dan berbincang. Dalam bagian tengah rumah dibagi menjadi ruang-ruang
seperti bilik-bilik untuk tempat tidur pria, bilik untuk tempat tidur anak
perempuan dan bilik untuk orang tua, ruang depan, dapur dan ruang Mata Marapu.
Di bagian pusat rumah terdapat perapian untuk memasak dan lemari gantung yang
disebut jantung rumah atau pusat rumah.
Gambar. Aktivitas di bagian tengah rumah
Sumber
: Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra
Bentuk rumah Sumba yang berupa rumah panggung mengakibatkan adanya
ruang di bawah lantai yang cukup tinggi.
Bagian bawah rumah tersebut bermakna profane atau paling kotor. Oleh karena
itu, bagian bawah rumah digunakan untuk kandang hewan ternak seperti babi dan
ayam. Bagian bawah dapat juga digunakan untuk menyimpan kayu-kayu dan peralatan-peralatan bertani. Selain itu,
kotoran yang berada di bagian tengah, misalnya air untuk mencuci bekas
peralatan memasak, dibiarkan jatuh melalui celah-celah lantai bambu langsung ke
tanah. Sisa-sisa bahan makanan atau bahan memasak juga dibuang ke bawah agar
dapat dimakan oleh hewan ternak.
Gambar. Bagian bawah rumah
Sumber
: Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra
Secara kosmologis, pemisahan ruang secara vertikal memperjelas
hirarki dan derajat kesakralan ruang. Ruang atas di bawah atap menara merupakan
bagian yang paling penting dan bermakna sakral. Semua rumah Sumba memiliki
ruang atas yang dikhususkan untuk Marapu. Pemaknaan kosmologis dalam ruang
tersebut, selain sebagai penggambaran dunia atas juga sebagai tempat
bersemayamnya roh nenek moyang. Bagian
tengah rumah menjadi dunia tengah atau dunia tempat hidup manusia dan
beraktivitas sehari-hari. Semua aktivitas harian berlangsung di bagian tengah.
Sedangkan bagian bawah melambangkan dunia bawah tempat bersemayamnya roh-roh
jahat, hanya untuk hewan-hewan ternak dan bukan untuk tempat tinggal manusia.
Konsep tersebut menggambarkan adanya sumbu atau hirarki dalam rumah. Derajat terendah diletakkan di bawah dan
semakin ke atas, ruang menjadi semakin penting dan sakral.
Gambar. Pembagian sumbu kosmologis secara vertikal pada
rumah Sumba
Sumber
: Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra
Bagian Depan dan Belakang
Bagian depan rumah terdiri dari serambi depan dan ruang-ruang
terbuka yang dapat digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Bagian terdepan dari
rumah merupakan teras memanjang dengan pintu laki-laki di sisi kiri atau kanan
rumah. Umumnya teras di depan berfungsi untuk menerima tamu. Ruang dalam bagian
depan di Kampung Tarung berfungsi sebagi bilik untuk tempat tidur tamu atau
anggota keluarga pria atau wanita. Sedangkan di
Kampung Ratenggaro, ruang depan lebih terbuka, tanpa penyekat dan dapat
digunakan untuk bercakap-cakap. Di sebelah kiri depan, terdapat ruang yang
sengaja dikosongkan, yaitu ruang Mata Marapu. Ruang Mata Marapu merupakan ruang
untuk Marapu atau roh nenek moyang dan digunakan kepala keluarga saat menunggu
Imam desa berdoa di upacara Ula Podu.
Gambar. Bagian depan pada rumah di Kampung Tarung
Sumber
: Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra
Bagian belakang rumah digunakan untuk bilik tempat tidur atau
dapur. Di Kampung Tarung, di bagian belakang rumah terdapat bilik-bilik untuk
tempat penyimpanan barang dan ruang tidur kepala keluarga. Di sebelah kananbelakang,
terdapat ruang Mata Marapu. Sedangkan di Ratenggaro, ruang belakang selain digunakan untuk bilik
tempat tidur, juga terdapat dapur dan pintu belakang. Perbedaan yang terdapat
di Ratenggaro kemungkinan diakibatkan adanya pengaruh budaya masa kini,
mengingat rumah yang diobservasi merupakan rumah baru yang dibangun tahun 2011
untuk mengganti rumah adat lama yang terbakar.
Gambar. Bagian belakang pada rumah di Kampung Tarung
Sumber
: Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra
Meskipun terdapat perbedaan antara bagian depan dan belakang di
Tarung dengan Ratenggaro, namun secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
pemisahan ruang depan dan belakang pada rumah Sumba lebih kearah pemisahan area
publik dan privat. Ruang depan lebih berfungsi untuk kegiatan yang bersifat
publik dan dapat digunakan oleh orang lain selain pemilik rumah. Ruang belakang
yang lebih privat, digunakan untuk aktivitas domestik dan ruang tidur.
Bagian
Samping
Rumah adat Sumba memiliki pemisahan antara pintu pria dan wanita.
Pintu pria tidak boleh dilewati oleh anggota keluarga wanita yang telah
menikah. Para wanita tersebut harus melewati pintu samping. Orientasi utama
rumah adalah talora atau natar, yaitu
ruang terbuka di tengah perkampungan yang digunakan untuk meletakkan kubur-kubur
batu. Karena teras rumah menghadap ke arah natar, maka posisi pintu pria dan
wanita pada rumah yang berhadapan dapat terlihat berbeda jika 33 diamati dari
natar. Pada beberapa rumah di Tarung ditemui adanya rumah dengan pintu
laki-laki di bagian muka sebelah kanan dan pintu wanita di bagian samping
sebelah kiri (bila dilihat dari arah pintu masuk). Dengan demikian, pintu pria
dan wanita selalu diletakkan berseberangan. Sedangkan rumah di Ratenggaro, adat
yang memisahkan pintu pria dan wanita tidak lagi dipegang dengan kuat. Pada
rumah yang diamati, pintu utama terletak di depan dan bebas dimasuki pria dan
wanita. Pintu yang biasa diakses untuk wanita adalah pintu belakang namun
pemisahan tersebut tidak tegas.
Gambar. Bagian samping pada rumah di Kampung Tarung
Sumber
: Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra
Bagian
samping rumah biasanya digunakan untuk bilik-bilik tempat tidur anggota
keluarga pria atau dapur. Bilik-bilik di samping rumah diperuntukkan bagi anggota
keluarga pria yang belum menikah. Dengan demikian, posisi bilik menjadi area
pria dan sisi sebaliknya menjadi area wanita.
Jika area depan dan belakang menunjukkan pemisahan zona publik dan
privat, maka pemisahan area kiri dan kanan pada rumah Sumba merupakan pemisahan
area berdasarkan gender.
Bagian Pusat Rumah
Bagian
tengah atau pusat rumah adat Sumba selalu terdapat perapian yang posisinya tepat
diantara empat kolom utama rumah. Di atas perapian, digantung lemari kayu untuk
penyimpanan makanan. Lemari gantung tersebut dianalogikan sebagai jantung rumah
karena dianggap memberi makan sehari-hari untuk penghuni. Posisi perapian yang
berada di tengah rumah juga menguntungkan dari segi keawetan rumah. Asap dari
perapian selain dapat mengasapi dan mengawetkan 34 makanan di dalam lemari
gantung, juga dapat membunuh serangga-serangga dan mengawetkan material
struktur rumah. Perapian juga dapat menghangatkan suhu rumah di malam hari dan
mengusir nyamuk. Karena peran-peran yang dirasa begitu penting dan menopang
kehidupan, maka perapian dan lemari gantung dianggap sebagai inti rumah.
Gambar. Bagian tengah atau pusat pada rumah di Kampung
Tarung
Sumber
: Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra
SUMBER :
Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012;
Judul Penelitian Hubungan Ruang, Bentuk
dan Makna Pada Arsitektur Tradisional Sumba Barat