Senin, 21 Juli 2014

RUMAH TRADISIONAL NUSA TENGGARA TIMUR “RUMAH TRADISIONAL SUKU SUMBA BARAT”


Nusa Tenggara Timur adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di tenggara Indonesia. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau, antara lain Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue. Ibu kotanya terletak di Kupang, Timor Barat.

Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama yang terletak di Nusa Tenggara Timur adalah Flores, Sumba dan Timor Barat.

Penduduk di NTT merupakan masyarakat yang heterogen, selain terlihat dari perbedaan ciri-ciri fisik juga menunjukkan bermacam suku-bangsa dengan latar belakang sejarah, bahasa dan tata kehidupan adat yang berbeda pula. Di Pulau Timor misalnya didiami oleh suku bangsa : Atoni atau Dawan, Tetun (Belu), Buna dan Kemak. Suku bangsa Kisar di Pulau Kaisar, suku bangsa Alor di Pulau Alor dan suku bangsa solor di Pulau Sokor. Selain itu terdapat suku bangsa Helong di Pulau Semau, suku Sabu di Pulau Sabu, suku Sumba di Pulau Sumba, suku Rote di Pulau Rote, serta suku bangsa Manggarai, Ngada, Ende, Lio Sikka, dan Larantuka di Pulau Flores.

Lokasi

Pulau Sumba merupakan salah satu dari gugusan pulau-pulau di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Secara geografis, Pulau Sumba berada pada 9-10 LS dan 119-120 BT dengan luas pulau ±11.153 km². Posisi Pulau Sumba berada di sebelah selatan Pulau Flores dan Pulau Sumbawa serta berada di sebelah utara benua Australia. Panta selatan dan barat Pulau Sumba merupakan lautan lepas Samudera Hindia sedangkan sebelah timur merupakan laut Sawu.

Gambar. Posisi Pulau Sumba

Secara administratif, pada awalnya Pulau Sumba dibagi menjadi 2 kabupaten, yaitu Sumba Barat dan Sumba Timur.  Pada perkembangannya, terjadi pemekaran wilayah sehingga Pulau Sumba kini dibagi menjadi 4 Kabupaten, yaitu Kabupaten Sumba Barat Daya dengan pusat kota di Waitabula, Kapubaten Sumba Barat dengan pusat kota di Waikabubak, Kabupaten Sumba Tengah dengan pusat kota Waibokul dan Kabupaten Sumba Timur dengan pusat kota Waingapu.

Rumah Tradisional Sumba

Gambar.  (a) Rumah Tarung; (b) Rumah Ratenggaro
Sumber : Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra

Menurut tim peneliti Universitas Widya Mandira (1992), rumah adat dalam  masyarakat Suku Sumba bukan sekedar rumah untuk tinggal, tetapi juga  menggambarkan fungsi-fungsi sosial tertentu sehingga hampir setiap kabisu  mempunyai fungsi dan nama rumah yang berbeda. Menurut Kusumawati, dkk.  (2007), masyarakat Sumba dalam budaya bermukim memiliki 3 jenis rumah, yaitu :
1.      Rumah Adat (Uma) yang berfungsi sebagai pusat dan awal kehidupan, semua kegiatan ritual kepercayaan berlangsung di rumah ini.
2.      Rumah Dusun sebagai tempat tinggal sehari-hari.
3.      Rumah Kebun sebagai tempat tinggal saat berkebun atau bercocok tanam.

Rumah adat Sumba merupakan panggung dengan struktur kayu. Menurut tim  peneliti Universitas Widya Mandira (1992), secara  hirarkis vertikal, rumah dapat dibedakan menjadi 3 bagian besar, yaitu :
1.      Lei Bungan (kolong rumah), yang digunakan sebagai tempat penampungan ternak dan berjemur.
2.      Rongu Uma (tingkat kedua), sebagai tempat tinggal sehari-hari. Terdapat ruang seperti  Pimudeta (bale-bale setinggi 1 meter),  Pani (ruang laki-laki), Hadoku (kamar suami-istri),  Halibar (kamar tidur kakek-nenek atau tempat bersalin), Keri Penuang (kamar anak wanita) serta Heda Kabali Mata (ruang tidur tamu). Pusat rumah merupakan perapian (Rapu) yang melambangkan buh atau usus besar manusia. Di atas perapian terdapat  Hedi atau lemari gantung untuk penyimpanan alat dapur yang melambangkan jantung.3. Uma Daluku (menara atau loteng) yang terdiri atas dua bagian, atas dan bawah. Bagian atas (Hindi Marapu) merupakan tempat tinggal Marapu yang hadir dalam wujud benda pusaka yang dianggap keramat. Bagian bawah untuk menyimpan padi dan bahan makanan. Bagian atas Uma Daluku hanya boleh dimasuki oleh kepala keluarga (bapak) karena dianggap dialah yang boleh berhubungan dengan Marapu.
3.      Uma Daluku (menara atau loteng) yang terdiri atas dua bagian, atas dan bawah. Bagian atas (Hindi Marapu) merupakan tempat tinggal Marapu yang  hadir dalam wujud benda pusaka yang dianggap keramat. Bagian bawah untuk menyimpan padi dan bahan makanan. Bagian atas Uma Daluku hanya boleh dimasuki oleh kepala keluarga (bapak) karena dianggap dialah yang boleh berhubungan dengan Marapu.

Gambar. Potongan rumah adat Sumba
Sumber : Tim Peneliti Universitas Widya Mandira, 1992

 
Hirarki  ruang dan penataan ruang dalam rumah adat Sumba sangat jelas dengan pola yang memisahkan area pria dan wanita.  Bentuk denah rumah adat berbentuk persegi dengan panjang dan lebar yang hampir sama. Pusat rumah merupakan perapian di tengah. Menurut Mross (1995), pembagian ruang dipisahkan berdasarkan ruang priawanita (male-female) dan  formal-informal. Bagian kanan rumah merupakan ruang yang berfungsi lebih sakral sedangkan bagian kiri digunakan untuk kegiatan seharihari dan kebutuhan domestik dalam rumah tangga. Bagian kanan dianggap sebagai area pria, sedangkan bagian kiri dianggap sebagai area wanita. Perapian di tengah digunakan untuk memasak sehari-hari atau untuk kebutuhan upacara adat. Bagian depan rumah, termasuk beranda/teras, merupakan area formal sedangkan bagian belakang merupakan area informal. Beranda/teras untuk kaum wanita terletak di kiri rumah, sehari-hari bersifat informal namun menjadi formal saat upacara adat, pernikahan atau pemakaman.
 
 
Gambar. Denah rumah adat Sumba di daerah Wanukaka
Sumber : Mross, 1955, p:8

Keterangan gambar :
A : Rapu atau perapian dengan 3 batu
B : Penalunu, area pria
C : Kerihanuangu, area wanita tempat mencuci peralatan memasak
D : Bina penalunu, pintu untuk kaum pria
E : Bina kerihanuangu, pintu untuk kaum wanita
F : Hadoka, bagian depan rumah – formal
G : Halibar, bagin belakang rumah – informal, tempat membersihkan jenasah
      saat upacara
H : Hedang kabala mata, bale-bale tempat menerima tamu
I : Pani deha, bale-bale dalam rumah
J : Pajalu, kendi atau gerabah tempat air bersih
K : Korung, ruang tidur (suami-istri)
L : Lenang erihanuangu, beranda/teras untuk kaum wanita
M : Lenang penalunu, beranda untuk kaum pria – formal
N : Keripani, tempat untuk menunggu ketika Rato berdoa
O : Hedang, tempat untuk menyimpan peralatan memasak

Kosmologi dalam Arsitektur Sumba Barat

Pembagian rumah menjadi 3 bagian secara vertikal dapat dilihat pada bentuk fisik rumah Sumba. Secara vertikal, bentuk geometris rumah Sumba dapat dibagi
menjadi bagian bawah, tengah dan atas. Bagian bawah terbentuk dari jajaran tiang pondasi dan lantai yang dinaikkan di atas tanah. Sedangkan Bagian tengah terbentuk dari dinding-dinding rumah yang dinaungi oleh atap yang melandai. Bagian atas merupakan bagian atap yang menjulang tinggi. Secara horisontal suku Sumba membagi ruang-ruang dalam rumah berdasarkan fungsi dan gender. Bagian kiri dan kanan dipisahkan menjadi area laki-laki dan perempuan sedangkan bagian depan dan belakang menjadi area untuk menerima tamu, tempat tidur atau tempat ruang Mata Marapu. Rumah di Tarung maupun Ratenggaro memiliki hirarki kosmologis yaitu dunia atas – tengah – bawah. Dunia atas sebagai tempat Marapu (paling sakral), tengah sebagai tempat hunian manusia (profane), dan bawah sebagai tempat penyimpanan dan memelihara hewan.

Gambar. Hirarki kosmlogis secara vertikal
Sumber : Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra

 
Bagian Atas – Tengah – Bawah

Bagian atas rumah, yaitu ruang di dalam menara atap, bermakna dan berperan secara religius. Bagian atas merupakan bagian yang paling sakral dalam rumah karena dianggap roh-roh nenek moyang mereka atau Marapu bersemayam di tempat tersebut. Oleh karena itu, tidak semua orang dapat memasuki ruang tersebut, hanya kepala rumah tangga yang diperkenankan masuk. Di Kampung Tarung, ruang loteng atas disebut juga uma dana.

Gambar. Loteng atas di (a) Rumah Tarung; (b) Rumah Ratenggaro
Sumber : Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra
 
Menara atap ditutup oleh lantai loteng dari papan kayu. Untuk akses ke ruang atas, terdapat lubang loteng berbentuk kotak ukuran 60 x 60 cm2yang disebut bina uma dana. Posisi lantai loteng berada tepat diatas perapian. Suasana ruang tersebut kosong, gelap dan tertutup. Ruang atas digunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka leluhur.
 
Gambar. Lubang Loteng bina uma dana
Sumber : Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra
 
Bagian tengah rumah merupakan tempat aktivitas sehari-hari seperti tidur, memasak dan berbincang. Dalam bagian tengah rumah dibagi menjadi ruang-ruang seperti bilik-bilik untuk tempat tidur pria, bilik untuk tempat tidur anak perempuan dan bilik untuk orang tua, ruang depan, dapur dan ruang Mata Marapu. Di bagian pusat rumah terdapat perapian untuk memasak dan lemari gantung yang disebut jantung rumah atau pusat rumah.


Gambar. Aktivitas di bagian tengah rumah
Sumber : Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra

 
Bentuk rumah Sumba yang berupa rumah panggung mengakibatkan adanya ruang di  bawah lantai yang cukup tinggi. Bagian bawah rumah tersebut bermakna profane atau paling kotor. Oleh karena itu, bagian bawah rumah digunakan untuk kandang hewan ternak seperti babi dan ayam. Bagian bawah dapat juga digunakan untuk menyimpan kayu-kayu dan  peralatan-peralatan bertani. Selain itu, kotoran yang berada di bagian tengah, misalnya air untuk mencuci bekas peralatan memasak, dibiarkan jatuh melalui celah-celah lantai bambu langsung ke tanah. Sisa-sisa bahan makanan atau bahan memasak juga dibuang ke bawah agar dapat dimakan oleh hewan ternak.


Gambar. Bagian bawah rumah
Sumber : Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra

Secara kosmologis, pemisahan ruang secara vertikal memperjelas hirarki dan derajat kesakralan ruang. Ruang atas di bawah atap menara merupakan bagian yang paling penting dan bermakna sakral. Semua rumah Sumba memiliki ruang atas yang dikhususkan untuk Marapu. Pemaknaan kosmologis dalam ruang tersebut, selain sebagai penggambaran dunia atas juga sebagai tempat bersemayamnya roh nenek moyang. Bagian  tengah rumah menjadi dunia tengah atau dunia tempat hidup manusia dan beraktivitas sehari-hari. Semua aktivitas harian berlangsung di bagian tengah. Sedangkan bagian bawah melambangkan dunia bawah tempat bersemayamnya roh-roh jahat, hanya untuk hewan-hewan ternak dan bukan untuk tempat tinggal manusia. Konsep tersebut menggambarkan adanya sumbu atau hirarki dalam rumah.  Derajat terendah diletakkan di bawah dan semakin ke atas, ruang menjadi semakin penting dan sakral.

Gambar. Pembagian sumbu kosmologis secara vertikal pada rumah Sumba
Sumber : Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra


Bagian Depan dan Belakang

Bagian depan rumah terdiri dari serambi depan dan ruang-ruang terbuka yang dapat digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Bagian terdepan dari rumah merupakan teras memanjang dengan pintu laki-laki di sisi kiri atau kanan rumah. Umumnya teras di depan berfungsi untuk menerima tamu. Ruang dalam bagian depan di Kampung Tarung berfungsi sebagi bilik untuk tempat tidur tamu atau anggota keluarga pria atau wanita. Sedangkan di  Kampung Ratenggaro, ruang depan lebih terbuka, tanpa penyekat dan dapat digunakan untuk bercakap-cakap. Di sebelah kiri depan, terdapat ruang yang sengaja dikosongkan, yaitu ruang Mata Marapu. Ruang Mata Marapu merupakan ruang untuk Marapu atau roh nenek moyang dan digunakan kepala keluarga saat menunggu Imam desa berdoa di upacara Ula Podu.



Gambar. Bagian depan pada rumah di Kampung Tarung
Sumber : Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra

Bagian belakang rumah digunakan untuk bilik tempat tidur atau dapur. Di Kampung Tarung, di bagian belakang rumah terdapat bilik-bilik untuk tempat penyimpanan barang dan ruang tidur kepala keluarga. Di sebelah kananbelakang, terdapat ruang Mata Marapu. Sedangkan di Ratenggaro,  ruang belakang selain digunakan untuk bilik tempat tidur, juga terdapat dapur dan pintu belakang. Perbedaan yang terdapat di Ratenggaro kemungkinan diakibatkan adanya pengaruh budaya masa kini, mengingat rumah yang diobservasi merupakan rumah baru yang dibangun tahun 2011 untuk mengganti rumah adat lama yang terbakar.
 

Gambar. Bagian belakang pada rumah di Kampung Tarung
Sumber : Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra

 
Meskipun terdapat perbedaan antara bagian depan dan belakang di Tarung dengan Ratenggaro, namun secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pemisahan ruang depan dan belakang pada rumah Sumba lebih kearah pemisahan area publik dan privat. Ruang depan lebih berfungsi untuk kegiatan yang bersifat publik dan dapat digunakan oleh orang lain selain pemilik rumah. Ruang belakang yang lebih privat, digunakan untuk aktivitas domestik dan ruang tidur.

Bagian Samping                                                                  

Rumah adat Sumba memiliki pemisahan antara pintu pria dan wanita. Pintu pria tidak boleh dilewati oleh anggota keluarga wanita yang telah menikah. Para wanita tersebut harus melewati pintu samping. Orientasi utama rumah adalah talora atau  natar, yaitu ruang terbuka di tengah perkampungan yang digunakan untuk meletakkan kubur-kubur batu. Karena teras rumah menghadap ke arah natar, maka posisi pintu pria dan wanita pada rumah yang berhadapan dapat terlihat berbeda jika 33 diamati dari natar. Pada beberapa rumah di Tarung ditemui adanya rumah dengan pintu laki-laki di bagian muka sebelah kanan dan pintu wanita di bagian samping sebelah kiri (bila dilihat dari arah pintu masuk). Dengan demikian, pintu pria dan wanita selalu diletakkan berseberangan. Sedangkan rumah di Ratenggaro, adat yang memisahkan pintu pria dan wanita tidak lagi dipegang dengan kuat. Pada rumah yang diamati, pintu utama terletak di depan dan bebas dimasuki pria dan wanita. Pintu yang biasa diakses untuk wanita adalah pintu belakang namun pemisahan tersebut tidak tegas.

Gambar. Bagian samping pada rumah di Kampung Tarung
Sumber : Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra

Bagian samping rumah biasanya digunakan untuk bilik-bilik tempat tidur anggota keluarga pria atau dapur. Bilik-bilik di samping rumah diperuntukkan bagi anggota keluarga pria yang belum menikah. Dengan demikian, posisi bilik menjadi area pria dan sisi sebaliknya menjadi area wanita.  Jika area depan dan belakang menunjukkan pemisahan zona publik dan privat, maka pemisahan area kiri dan kanan pada rumah Sumba merupakan pemisahan area berdasarkan gender.

Bagian Pusat Rumah

Bagian tengah atau pusat rumah adat Sumba  selalu terdapat perapian yang posisinya tepat diantara empat kolom utama rumah. Di atas perapian, digantung lemari kayu untuk penyimpanan makanan. Lemari gantung tersebut dianalogikan sebagai jantung rumah karena dianggap memberi makan sehari-hari untuk penghuni. Posisi perapian yang berada di tengah rumah juga menguntungkan dari segi keawetan rumah. Asap dari perapian selain dapat mengasapi dan mengawetkan 34 makanan di dalam lemari gantung, juga dapat membunuh serangga-serangga dan mengawetkan material struktur rumah. Perapian juga dapat menghangatkan suhu rumah di malam hari dan mengusir nyamuk. Karena peran-peran yang dirasa begitu penting dan menopang kehidupan, maka perapian dan lemari gantung dianggap sebagai inti rumah.
 
Gambar. Bagian tengah atau pusat pada rumah di Kampung Tarung
Sumber : Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012 Universitas Petra

 
SUMBER :

Laporan Penelitian No. 01/LPPM/UKP/2012; Judul Penelitian Hubungan Ruang, Bentuk dan Makna Pada Arsitektur Tradisional Sumba Barat